NEWS TERKINI - Anggota TNI Serda Wira Sinaga (WS) kini meringkuk di sel tahanan Detasemen Polisi Militer Pekanbaru. Aksi arogan yang dilakukannya terhadap anggota Polantas Bripda Yoga Vernando menjadi penyebabnya. Wira memukul Yoga di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.
Kapolres Kota Pekanbaru Kombes Pol Susanto menceritakan, kejadian tersebut terjadi Kamis (10/8) sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu Yoga sedang patroli menggunakan sepeda motor.
"(Kemudian) personel Polantas tersebut beriringan dengan oknum anggota TNI yang tidak pakai helm," kata Susanto.
Yoga lantas menghentikan Wira. Tujuannya untuk mengingatkan dengan cara menegur.
"Anggota TNI tersebut mengejar Bripda Yoga dan menabrak motornya dari belakang. Selanjutnya memukul helm Bripda Yoga empat kali," ujarnya.
Kepolisian kemudian berkomunikasi dengan TNI. Dari sini, diketahui bahwa Wira berdinas di Korem Pekanbaru.
"Selanjutnya sekira pukul 19.30 WIB Kapten Latif, Katim Intel Korem, mendatangi Bripda Yoga untuk meminta maaf terkait insiden tersebut," terang Susanto.
Komandan Resor Militer 031/Wirabima, Brigjen TNI Abdul Karim menyesalkan peristiwa yang dilakukan anggotanya. Dia juga mengutarakan permintaan maaf.
"Kami semua mengaturkan mohon maaf sebesar-besarnya kepada jajaran Polri, khususnya jajaran Polda Riau," kata Abdul Karim.
Dia juga menjelaskan kronologi kejadian. Saat itu Yoga melintas di jalan dan melihat Wira tidak menggunakan helm serta sepeda motor tidak standar aturan lalu lintas.
Tak senang dilihat, Wira berhenti dan mengejar Yoga lalu memukuli helm yang digunakan. Bahkan Wira kembali menendang sepeda motor yang dikendarai Yoga dan berniat kembali menyerang. Masyarakat yang melihat pun tidak ada yang berani melerai.
Abdul Karim menyebutkan, atas tindakan tersebut, Wira ditahan di sel Detasemen Polisi Militer Kota Pekanbaru. Tidak hanya ditahan, Serda Wira juga diborgol dan kakinya diikat rantai.
Aksi pemukulan tersebut direkam sejumlah masyarakat yang kebetulan berada di lokasi serta pengendara yang melintas.
Abdul Karim menuturkan, Wira mengalami gangguan jiwa sejak pulang tugas dari Papua. Aksi Wira di jalanan juga tidak bisa ditolerir.
"Pulang dari Papua, pada 2014 mulai ada mengalami sakit. Kemudian pada April 2015, yang bersangkutan (Serda Wira) tidak masuk dinas tanpa izin," ujar Abdul.
Wira mengalami depresi dan kini sedang proses rawat jalan. Setiap bulan, Wira dibawa ke Rumah Sakit TNI Putri Hijau di Medan, Sumatera Utara.
"Sekali sebulan, dirawat dan konsultasi di Rumah Sakit Putri Hijau dengan dokter jiwa di sana. Sampai sekarang dalam proses perawatan," kata Karim.
Selama perawatan untuk upaya penyembuhan, Wira biasanya selalu didampingi oleh rekannya sesama prajurit TNI AD. Namun saat insiden Wira mengamuk lepas dari pengawasan.
Karim memastikan, perilaku Wira menempeleng kepala Yoga tidak sepenuhnya lagi kumat karena depresi. Menurutnya, ada masa Wira melakukan tindakan di luar kewajaran seperti yang dilakukannya terhadap Yoga.
"Serda WS telah menjadi anggota TNI sejak 2011 silam. Sebelum bertugas di Korem 031 Wirabima, sempat bertugas di Aceh, Sumatera Utara, Papua, dan Sumatera Barat," ungkap Karim.
Menurutnya, Wirda mengalami gejala depresi. "Proses penyembuhan berupa rawat jalan terus dilakukan kepada yang bersangkutan," kata Karim.
Terpisah Yoga mengungkapkan alasan mengapa tak melawan saat dipukul Wira. Saat itu Yoga mengaku memikirkan karirnya ke depan. Menurutnya, memakai baju dinas tidak semudah yang dibayangkan. Jika saat kejadian melawan sama saja dirinya melepas baju dinas kepolisian.
Sebelum kejadian, Yoga mengaku hanya melewati Wira. Dia kemudian ditabrak dari belakang oleh Wira.
Dia juga mengaku tidak menegur meski Wira tak menggunakan helm dan sepeda motornya tak dilengkapi spion. Dia mengaku tidak menegur Wira karena menghargai sesama anggota keamanan dan juga seniornya.
"Saya seharusnya menegur tapi saya juga saling menghargai karena sesama anggota. Apalagi TNI yang harus dihormati karena sudah bela negara dan juga senior saya. Lebih baik tidak daripada bermasalah, bukannya takut secara pribadi. Lebih baik saya menjauhi," katanya.
Namun Wira malah menghampiri dan sempat mengancam dengan senjata tajam. Menurut Yoga, Wira sempat akan mengambil sangkur di dalam jok motor, namun tidak jadi.
Dia melanjutkan, selama ini berdasarkan pengalamannya dalam menindak anggota, pihaknya berbicara dengan baik. Polisi mengingatkan besok harus pakai helm dan spion dan biasanya anggota TNI mengerti.
"Yang kayak ini baru sekali ini," katanya.
Menurutnya, pukul 19.30 WIB, Kamis kemarin, Kapten Latif sudah meminta maaf atas nama Komandan Korem kepadanya.
"Saya berlapang dada memaafkan segalanya," terang Yogi.
Menurutnya, Wira juga telah melaporkan sendiri tindakannya ke satuannya setelah melakukan keributan itu. Kemudian perwakilan dari Korem 031/Wira Bima menuju tempat dinas Yogi di Pos Gurindam Jalan Sudirman depan Plaza Ramayana.
Dia mengatakan, berdasarkan penjelasan Kapten Latif anggota TNI tersebut mengalami penyakit depresi dan gangguan jiwa.
"Mungkin saat itu sedang kambuh dan lewat saya jadi tumbal," ungkap Yogi.
Atas kesabarannya menghadapi arogansi aparat, Yoga mendapat penghargaan yang diserahkan oleh Kepala Kepolisian Resor Kota Pekanbaru, Kombes Pol Susanto.
"Ini hari istimewa kami berikan penghargaan atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan raya. Kalau Yoga respons dengan emosi akan beda persoalannya," kata Kapolres di Pekanbaru.
Dia mengapresiasi Yoga sudah mengikhlaskan kejadian itu dan menerima maaf dengan lapang dada. Hal ini, baik dalam hubungan dengan instansi lain karena dalam menjalankan tugas akan ada hal-hal yang tak diduga terjadi.
"Padahal Yoga ini juga punya ilmu beladiri yakni Tarung Drajat, untung tidak emosi," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar